Materi 10 : Konsep Dasar Taaruf

Selamat malam sahabat, malam ini kita masuk materi pembelajaran yang mungkin sahabat tunggu-tunggu yaitu konsep dasar taaruf.
 
Sebelumnya tentu kita mengetahui dulu apa itu arti taaruf, secara bahasa taaruf artinya berkenalan atau saling mengenali. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Alhujurat ayat 13 berikut.
“Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta’arofu)….”
(Q.S. Al Hujurat: 13)
 
Namun di kelas online belajartaaruf.com ini kita akan kerucutkan taaruf sebagai sebuah proses untuk saling mengenali antara laki-laki dan perempuan sebelum memutuskan untuk menikah. Ta’aruf dalam pernikahan adalah ikhtiar untuk saling mengenal sebelum melangkah ketahapan selanjutnya yaitu khitbah atau lamaran. Ta’aruf dilakukan ketika ada laki-laki dan wanita yang sama-sama memiliki kesiapan untuk menikah, baik itu dia dipertemukan oleh murabbi , teman ataupun menemukan sendiri. Tujuan ta’aruf sendiri adalah untuk mengenali lebih jauh tentang calon pasangan serta menemukan kecocokan, agar tidak ada penyesalan atau kekecewaan di akhir nanti setelah menikah.
 
Ta’aruf juga untuk menjaga diri dan hati yang ingin saling mengenali agar terhindar dari maksiat. Tidak seperti pacaran yang hanya dilakukan berdua tanpa adanya kejelasan waktu kapan menikahnya. Sementara ta’aruf harus ada seseorang yang mendampingi dan memiliki batasan waktu yang jelas, apakah ta’aruf akan berlanjut pada pernikahan atau tidak.
 
Taaruf menyederhanakan proses untuk menemukan jodoh, tidak panjang dan berbelit-belit layaknya pacaran. Pencarian jodoh melalui pacaran biasanya dimulai dari tahap pendekatan, menyatakan cinta, menunggu apakah diterima atau tidak, menjalin hubungan pacaran jika diterima, menjalani aktivitas pacaran tanpa kejelasan waktu. 
 
Sehingga tak jarang seseorang sebelum menemukan jodohnya bisa berganti-ganti pacar 3 – 10 kali, dengan rentang waktu pacaran mulai dari 3 hingga 10 tahun. Kamu bisa bayangkan betapa lelah dan capeknya hati menjalani proses yang begitu lama. Belum lagi jika dalam aktivitas pacaran tersebut terjadi hal-hal yang sangat merugikan seperti hamil diluar nikah, penipuan, selingkuh, ditinggal oleh pacar dan lain sebagainya.
 
Sementara melalui jalan ta’aruf prosesnya disederhanakan, berawal dari adanya kesepakatan untuk ta’aruf, tukar biodata, melakukan pertemuan dan memberikan keputusan apakah ta’aruf akan dilanjutkan pada jenjang pernikahan atau tidak. Dan untuk melakukan semua itu tidak lebih dari 1 bulan atau paling lama 3 bulan, sementara untuk menuju pernikahan sangat dianjurkan dalam waktu kurang dari 6 bulan. Sangat sederhana sekali bukan ? Dan yang pasti dengan proses ta’aruf tidak akan ada rasa sakit hati, dendam, sulit melupakan dan lain sebagainya. Sebab, hati yang belum terikat dan belum ada rasa yang melekat. 
 
Jika kita simpulkan ada beberapa hal penting tentang taaruf : 
 
1. Taaruf hanya boleh dilakukan oleh mereka yang sudah benar-benar siap untuk menikah. Ukuran siap menikah seseorang bisa dilihat dari lurusnya niat, mental, restu orang tua dan juga secara finansial
 
2. Taaruf mesti dilakukan dengan perantara atau pendamping. Agar tidak terjadi interaksi serta komunikasi secara lansung yang intens antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. 
 
3. Taaruf memiliki batasan waktu yang jelas, sehingga akan segera didapatkan keputusan apakah akan lanjut ke jenjang pernikahan atau tidak. 
 
Itulah 3 poin utama dari konsep dasar taaruf.  
 
Meluruskan niat ketika taaruf
 
Tak hanya niat menikah, niat untuk ta’aruf pun perlu diperhatikan
 
Sebelum meluruskan niat tentu perlu dipahami lagi apa itu ta’aruf ? Ta’aruf adalah sebuah ikhtiar untuk menemukan serta mengenali jodoh yang tepat dengan cara yang Allah ridhoi. Jadi akan ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama adalah orang yang ta’aruf dengan kita adalah jodoh tepat hingga akhirnya menikah dan kemungkinan kedua adalah bukan jodoh kita hingga ta’arufnya berakhir sampai disana. 
 
Jadi tidak ada istilahnya ta’aruf yang gagal akan tetapi yang ada hanyalah proses ta’aruf yang belum menemukan pasangan yang tepat. So, tidak perlu ada kekecewaan jika ta’arufnya tidak berlanjut ke jenjang pernikahan. Disinilah perlu niatnya diluruskan, niatkan ta’aruf sebagai proses untuk menemukan dan mengenali seseorang apakah cocok untuk kita atau tidak. Hindari untuk meniatkan ta’aruf sebagai jalan menemukan jodoh dan berkeyakinan kalau orang yang melakukan ta’aruf dengan kita sudah pasti menjadi pasangan hidup kita.  Kenapa ? Sebab bisa membuahkan kekecewaan, apalagi kalau hatinya sudah rekat dan melekat eh menikahnya ga jadi ya akhirnya kecewa. 
 
InsyaAllah selama niatnya benar proses ta’aruf yang dijalani akan bernilai ibadah di hadapan Allah Swt, meskipun tidak mengantarkan ke pelaminan.
 
Kejujuran dalam ta’aruf
 
 “Dulu waktu ta’aruf bilangnya masih sendiri eh ternyata sudah duda dan punya anak..”
 
“Dulu waktu ta’aruf katanya kaya punya penghasilan banyak, punya ini itu eh nyatanya ga punya apa-apa.”
 
Taaruf berbeda dengan pacaran, kalau saat pacaran mungkin setiap orang akan menampilkan yang terbaik dalam dirinya atau istilah kekiniannya pencitraan.
 
Tidak begitu dengan  Ta’aruf ,taaruf bukanlah ajang untuk tebar pesona, tidak pula sebagai tempat menunjukkan kehebatan kita. Akan tetapi ta’aruf adalah wadah untuk saling mengenali pasangan baik buruknya, apa adanya dan sejujurnya. Tidak hanya kelebihan yang ditampakkan, kekurangan pun juga perlu disampaikan. Jangan sampai salah satu dari pasangan malah mengalami penyesalan lantaran realita tak sesuai dengan yang disampaikan semasa ta’aruf. 
 
Untuk itu jujurlah mulai dari niat hanya semata beribadah pada Allah Swt, jujurlah saat menulis biodata ta’aruf dan jujurlah saat bertatap muka. 
 
Perlu kita sadari bersama, kebohongan dalam proses ta’aruf hanya akan menjauhkan kita dari kebarakahan.
 
Hanya ada kegelisahan dan kegalauan dalam setiap kebohongan, terlebih lagi jika anda sudah mulai berbohong saat ta’aruf maka mau tak mau akan membuat anda kembali berbohong dan terus berbohong demi menutupi kebohongan sebelumnya. Tentu kamu tidak menginginkan rumah tangga yang tegak diatas pondasi ketidak jujuran bukan ?
 
Dalam menjalani proses taarufpun kita memang tidak mesti lansung percaya pada biodata atau ucapannya. Perlu dikenali lebih dalam bisa dilakukan dari orang terdekatnya, lingkungan sekitarnya dan hal lainnya.  Nanti akan dibahas di materi selanjutnya ya.
 
Agus Ariwibowo dan Fidayani
 
error: Content is protected !!