Suami pulang kerja langsung masuk kamar dan tak kunjung keluar, meski istrinya menunggu di meja makan. Istri akhirnya memilih tidur bersama anak atau di kamar terpisah karena beberapa hari terakhir suami seperti memutus komunikasi.
Hubungan keluarga yang dulu harmonis dan penuh rindu seperti membatu. Ada yang salah di sini. Suami dan istri sama-sama menyadari hal itu, namun ragu bagaimana mulai memperbaikinya.
Melihat kondisi tersebut, sudah waktunya pasangan mencari konsultan pernikahan. Konsultasi intensif akan membantu mereka membangun kembali hubungan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Apa Itu Konsultasi Pernikahan?
Konsultasi pernikahan adalah media yang membantu pasangan menikah atau belum menikah supaya lebih memahami satu sama lain. Ini adalah alat yang menjembatani pasangan dalam berkomunikasi, menegosiasikan perbedaan pendapat, menyelesaikan konflik, meningkatkan kualitas hubungan, bahkan berargumen dengan cara lebih sehat.
Seorang konsultan pernikahan atau konsultan keluarga akan memfasilitasi pasangan yang menjadi klien mereka. Konsultasi yang diberikan biasanya bersifat jangka pendek, di mana pasangan mengikuti sejumlah sesi selama beberapa minggu atau bulan, bergantung seberapa rumit masalah yang dihadapi.
Apa saja bentuk masalahnya? Beragam, mulai dari perselingkuhan, perceraian, kondisi fisik dan mental, keuangan, campur tangan keluarga besar atau pihak ketiga, masalah komunikasi, konflik pengasuhan anak, infertilitas, emosi, perbedaan budaya, penyalahgunaan narkoba oleh salah satu pasangan, pasangan menganggur, dan banyak lagi.
Pasangan baru menikah sangat yakin rumah tangganya akan bertahan selamanya, hingga maut memisahkan. Optimisme tersebut lumrah dibangun siapa saja di awal pernikahan.
Namun perlu disadari, optimisme bisa berubah pesimisme seiring berjalannya waktu. Ada pasangan kecewa berat dengan kehidupan pernikahannya setelah memiliki anak pertama.
Ada suami istri terlibat konflik berkepanjangan, padahal keduanya baru lima bulan mengayuh biduk rumah tangga. Emosi menjadi tak seimbang, komunikasi yang dulu intensif kini perlahan menghilang.
Psikolog pernikahan terkemuka dunia, John M Gottman yang telah 40 tahun fokus pada masalah perceraian menyebut pasangan menikah rata-rata baru membutuhkan jasa konsultan atau konselor pernikahan ketika rumah tangganya sudah bermasalah lebih dari enam tahun. Ketika konflik terlanjur muncul, suami istri biasanya kurang toleran satu sama lain dan kehilangan minat memperbaiki hubungan yang sudah lama retak.
Kenapa Harus Konsultasi Pernikahan?
Jangan tunggu rumah tangga terganggu, baru tergerak mencari bantuan profesional. Salah satu cara meminimalisir konflik adalah mengantisipasinya sedari awal, yaitu melakukan konsultasi pernikahan jauh hari sebelum pernikahan itu terjadi.
Konsultasi pernikahan tak sekadar formalitas saja. Manfaatnya jauh lebih besar bagi calon pasangan.
1. Perencanaan keluarga
Konsultan pernikahan memberi bekal informasi untuk pasangan terkait perencanaan keluarga bahagia di masa depan. Topik-topik menarik, seperti komunikasi suami istri, isu-isu rumah tangga, hubungan dengan keluarga besar kedua pasangan, finansial keluarga, serta hak dan kewajiban suami dan istri. Bak masakan lezat, semua itu adalah bahan dan resep terciptanya keluarga bahagia.
2. Antisipasi perceraian
Tak ada pasangan menikah yang hendak bercerai. Semua pasti menginginkan rumah tangga langgeng sampai kakek nenek. Konsultan pernikahan membantu pasangan mengidentifikasi konflik pernikahan, nilai-nilai yang perlu dijunjung tinggi suami istri, meyakinkan pasangan betapa sakralnya pernikahan, serta mengidentifikasi kebutuhan dasar pasangan selama berumah tangga, sehingga perceraian bisa diantisipasi.
3. Berbagi pengalaman
Konsultan pernikahan pastinya memiliki jam terbang tinggi. Mereka sudah terbiasa menghadapi pasangan-pasangan yang akan atau sudah menikah.
Konsultan pernikahan menjadi wadah berbagi pengalaman. Mereka akan membantu pasangan menemukan solusi terbaik, berdasarkan pengalamannya menghadapi pasangan-pasangan sebelumnya.
Untuk kasus unik, konsultan pernikahan akan menyusun langkah khusus sebelum membantu pasangan menyelesaikan konflik.
4. Perencanaan kehamilan
Pasangan menikah mayoritas ingin memiliki anak, meski sebagian menunda karena alasan pribadi. Topik ini juga bisa menjadi bahan diskusi dengan konsultan pernikahan.
Konsultan merangkap ahli kesehatan dapat membantu pasangan menyusun langkah mempersiapkan kehamilan, dari sisi fisik dan mental. Konsultan yang berlatar belakang psikologi bisa membantu menyiapkan pasangan menerapkan pengasuhan anak (parenting) terbaik kelak.
Konsultan yang berlatar belakang ekonom atau akuntan bisa membantu pasangan merancang finansial keluarga sebelum dan setelah mempunyai anak.
Konsultan pernikahan adalah bagian dari passion, sehingga penggiatnya lebih fleksibel dibanding konselor.
Konsultan pernikahan berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari psikolog, pengacara, dokter, pakar kesehatan, akuntan, hingga ulama atau pemuka agama.
Kapan Harus Konsultasi Pernikahan?
Jangan tunggu sampai pernikahan menjadi benang kusut, baru tergopoh-gopoh mencari penengah solusi. Ini lah kenapa konsultasi pernikahan sebaiknya dilakukan sebelum menikah.
Bagaimana jika setelah menikah? Kapan harus mencari bantuan profesional? Psikolog sekaligus konsultan pernikahan berbasis di Oklahoma, Amerika Serikat, Phillip Calvin McGraw atau lebih dikenal sebagai Dr. Phill mengemukakan beberapa kondisi berikut.
1. Komunikasi memburuk
Komunikasi bagai batu bata yang menyusun pondasi rumah tangga. Jika batu bata itu tak lagi merekat satu sama lain, rumah pun akan runtuh dengan sendirinya.
Ketika komunikasi pasangan semakin memburuk, nada bicara yang dulu lembut kini meninggi, ini sinyal negatif bagi keduanya. Ketika masing-masing pihak lebih senang memantik hal-hal kecil menjadi sumber pertengkaran, sesungguhnya ini menjadi awal terjadinya konflik lebih besar.
2. Kemesraan hilang
Kemesraan yang dulu setia menemani mulai dari bangun pagi hingga malam hari, sekarang tak ada lagi. Keintiman sebagai suami istri mulai memudar.
Bisa jadi suami istri tidak berkonflik, saling meredam emosi, namun rumah hening bak kuburan. Suami istri tak ubahnya seperti teman serumah, teman sekamar. Siklus sama berulang setiap harinya. Ini saatnya mencari bantuan konsultan pernikahan.
3. Pasangan berselingkuh
Kehadiran pria idaman lain atau wanita idaman lain kerap menguji kekuatan rumah tangga pasangan. Realita ini pasti menyakitkan salah satu pihak yang merasa dikhianati.
Kondisi ini bukan berarti tak bisa diselamatkan. Terlalu cepat menyimpulkan perceraian adalah solusi. Dukungan dari pihak ketiga diperlukan, salah satunya dari konsultan pernikahan.
4. Bertahan demi anak
Alasan klise ini sering menjadi tameng suami istri yang sedang berkonflik. Memang banyak pasangan tetap berhasil mempertahankan pernikahan atas dasar anak, namun faktanya mereka mengorbankan perasaan pribadi. Tak jarang pula mereka merugikan buah hati karena tak lagi melihat kebahagiaan di mata kedua orang tuanya.
Temui konsultan pernikahan agar hubungan yang tadinya hambar perlahan bisa manis kembali. Konsultasi dalam kasus keempat ini tidak harus sebatas melibatkan suami dan istri. Anak pun bisa diikutsertakan selama usia dan pemikiran mereka terbilang cukup dewasa.
5. Niat bercerai
Alasan terakhir ini sekaligus sinyal terakhir yang berarti pasangan harus segera mendapatkan bantuan pihak ketiga. Konsultan pernikahan memang bukan malaikat yang selalu bisa menyelamatkan pernikahan pasangan berkonflik, namun setidaknya mereka membantu mencarikan solusi terbaik selama kliennya mau membuka diri.
Tinjauan Dokter Kevin Adrian dari laman Alodokter.com menyebut pernikahan tidak sehat perlu segera ditangani dan diantisipasi sedini mungkin. Hal tersebut berpotensi memengaruhi kebahagiaan rumah tangga dan kesehatan pribadi.
Sejumlah penelitian menyebut orang yang menjalani hubungan pernikahan tidak sehat lebih berisiko terkena penyakit jantung. Oleh sebabnya, semakin cepat bertindak dengan bantuan konsultan pernikahan, semakin mudah pula pernikahan diselamatkan. Yuk, sedia payung sebelum hujan.